Gunadarma University

Sabtu, 07 Maret 2015

MINGGU KE-1

A.     Orientasi Kesehatan Mental

Istilah Kesehatan Mental diambil dari konsep mental hygiene, kata mental berasal dari bahasa Yunani yang berarti Kejiwaan. Kata mental memiliki persamaan makna dengan kata Psyhe yang berasal dari bahasa latin yang berarti psikis atau jiwa, jadi dapat diambil kesimpulan bahwa mental hygiene berarti mental yang sehat atau kesehatan mental. Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari keluhan dan gangguan mental baik berupa neurosis maupun psikosis (penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial).
M. Jahoda seorang pelopor gerakan kesehatan mental memberi definisi kesehatan mental yang rinci “kesehatan mental adalah kondisi seseorang yang berkaitan dengan penyesuaian diri yang aktif dalam menghadapi dan mengatasi masalah dengan mempertahankan stabilitas diri, juga ketika berhadapan dengan kondisi baru, serta memiliki penilaian nyata baik tentang kehidupan maupun keadaan diri sendiri.”
Definisi dari Jahoda mengandung istilah-istilah yang pengertiannya perlu dipahami secara jelas yaitu penyesuaian diri yang aktif, stabilitas diri, penilaian nyata tentang kehidupan dan keadaan diri sendiri.

B.     Konsep Sehat

Konsep sehat dan kesehatan merupakan 2 hal yang hampir sama namun berbeda. Ada beberapa tokoh yang mendefiniskan konsep sehat, antara lain menurut Parkins ( 1938) adalah suatu keadaan yang seimbang dan dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya. Ada pula seorang ahli yang bernama White (1977) berpendapat bahwa sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang pada waktu di periksa tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit atau kelainan.

Ø Konsep sehat berdasarkan beberapa dimensi yaitu sebagai berikut :

1.       Dimensi Emosi
Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya. Dan sehat emosional adalah seseorang yang dapat menjaga atau mengontrol amarahnya ketika dia sedang kesal.

2.       Dimensi Intelektual
Dikatakan sehat  secara intelektual yaitu jika seseorang memiliki kecerdasan dalam kategori yang baik mampu melihat realitas. Memilki nalar yang baik dalam memecahkan masalah atau mengambil keputusan.

3.      Dimensi Sosial
Sehat yang dimana orang tersebut memiliki jiwa social yang baik. Dapat Nampak baik apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, atau kepercayan, status sosial, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai.

4.      Dimensi Fisik
Sehat secara fisik yaitu sehat yang orang tersebut tidak mengalami cacat atau sebagainya. Terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.

5.      Dimesi Mental
Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni yang pertama yaitu pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran, yang kedua emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk   mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih, dan yang ketiga sehat spiritual adalah keadaan dimana seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan agama yang dianutnya.

6.      Dimensi Spiritual
Sehat yang sangat penting juga sehat tidaklah hanya jasmani, sehat dalam rohani pun juga sangat penting. Spiritual sehat terlihat dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini yakni Tuhan Yang Maha Kuasa. Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang.

C.     Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental

Pada zaman dahulu kebanyakan orang menduga bahwa penyebab penyakit mental berasal dari syaitan-syaitan atau roh-roh jahat, oleh karena itu penderita penyakit mental ini biasanya di masukkan ke dalam penjara yang menutup akses dari dunia luar. Namun, berganti zaman lambat laun banyak usaha-usaha kemanusiaan dalam mengadakan perbaikan untuk kesembuhan para penderita penyakit mental tersebut. Sebut saja seorang ahli yaitu Phillipe Pinel dari Prancis dan William Tuke dari inggris. Masa-masa Phillipe Pinel dan William Tuke ini di kenal dengan masa pra Ilmiah karena hanya usaha dan terjun langsung menanggani para penderita mental tanpa menguasai teori-teori tentang masalah tersebut.
Masa selanjutnya yaitu masa Ilmiah, yang berarti berbeda dengan masa sebelumnya, justru pada masa ini tidak hanya terjun langsung saja melainkan menggunakan teori-teori mengenai kesehatan mental. Masa ini berkembang seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan alam di Eropa. Dorothea Dix merupakan seorang pionir wanita dalam usaha-usaha kemanusiaan berasal dari Amerika. Ia berusaha menyembuhkan dan memelihara para penderita penyakit mental dan orang-orang gila. Sangat banyak jasanya dalam memperluas dan memperbaiki kondisi dari 32 rumah sakit jiwa di seluruh negara Amerika bahkan sampai ke Eropa. Atas jasa-jasa besarnya inilah Dix dapat disebut sebagai tokoh besar pada abad ke-19. 
Tokoh lain yang banyak pula memberikan jasanya pada ranah kesehatan mental adalah Clifford Whittingham Beers (1876-1943). Beers pernah sakit mental dan dirawat selama dua tahun dalam beberapa rumah sakit jiwa. Ia mengalami sendiri betapa kejam dan kerasnya perlakuan serta cara penyembuhan atau pengobatan dalam asylum-asylum tersebut. Sering ia didera dengan pukulan-pukulan dan jotosan-jotosan, dan menerima hinaan-hinaan yang menyakitkan hati dari perawat-perawat yang kejam. Dan banyak lagi perlakuan-perlakuan kejam yang tidak berperi kemanusiaan dialaminya dalam rumah sakit jiwa tersebut.
Setelah dirawat selama dua tahun, beruntung Beers bisa sembuh.
Di dalam bukunya ”A Mind That Found Itself”, Beers tidak hanya melontarkan tuduhan-tuduhan terhadap tindakan-tindakan kejam dan tidak berperi kemanusiaan dalam asylum-asylum tadi, tapi juga menyarankan program-program perbaikan yang definitif pada cara pemeliharaan dan cara penyembuhannya. Pengalaman pribadinya itu meyakinkan Beers bahwa penyakit mental itu dapat dicegah dan pada banyak peristiwa dapat disembuhkan pula. Oleh keyakinan ini ia kemudian menyusun satu program nasional, yang berisikan:

1.       Perbaikan dalam metode pemeliharaan dan penyembuhan para penderita mental.
2.       Kampanye memberikan informasi-informasi agar orang mau bersikap lebih inteligen dan lebih human atau berperikemanusiaan terhadap para penderita penyakit emosi dan mental.
3.    Memperbanyak riset untuk menyelidiki sebab-musabab timbulnya penyakit mental dan mengembangkan terapi penyembuhannya.
4.    Memperbesar usaha-usaha edukatif dan penerangan guna mencegah Memperbesar usaha-usaha edukatif dan penerangan guna mencegah timbulnya penyakit mental dan gangguan-gangguan emosi.

William James dan Adolf Meyer, para psikolog besar, sangat terkesan oleh uraian Beers tersebut. Maka akhirnya Adolf Meyer-lah yang menyarankan agar ”Mental Hygiene” dipopulerkan sebagai satu gerakan kemanusiaan yang baru. Dan pada tahun 1908 terbentuklah organisasi Connectitude Society for Mental Hygiene. Lalu pada tahun 1909 berdirilah The National Committee for Mental Hygiene, dimana Beers sendiri duduk di dalamnya hingga akhir hayatnya.


D.    Pendekatan Kesehatan Mental

1.       Orientasi Klasik
Hilangnya gejala gangguan mental, penyembuhan konflik trauma masa lalu. Terhindarnya individu dari gejala gangguan jiwa (neurosis) dan gejala penyakit jiwa ( psikosis), berupa simptom-simptom negatif yang menimbulkan rasa tidak sehat, dan bisa mengganggu efisiensi yang biasanya tidak bisa dikuasai individu.

2.       Penyesuaian Diri
Kemampuan menyesuaikan diri dengan tuntutan diri sendiri & norma sosial serta belajar respon adaptif. Penyesuaian diri menurut tokoh  (Menninger 1947) yaitu, perubahan dalam diri yang diperlukan untuk mengadakan hubungan yang memuaskan dengan orang lain atau lingkungan. Individu bermasalah, apabila tidak mampu menyesuaikan diri terhadap tuntutan dari luar dirinya, dengan kondisi baru serta dalam mengisi peran yang baru.
·         Normal dalam Orientasi ini :
a) Normal secara statistik : apa adanya.
b) Normal secara normatif : individu bertingkah laku sesuai budaya setempat.

3.      Pengembangan Potensi
Tokoh tokoh seperti  Maslow, Allport, Rogers, Fromm mendefinisikan  pengetahuan dan perbuatan yang tujuannya untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi dan bakat yang ada semaksimal mungkin sehingga membawa pada kebahagiaan diri dan orang lain serta terhindar dari gangguan penyakit jiwa.
·         Kriteria mental sehat dalam orientasi ini :
a. Punya pedoman normatif pribadi (bisa memilih apa yang baik dan menolak yang buruk)
b. Menunjukan otonomi independen , mawas diri dalam mencari nilai-nilai pedoman. 
 
Referensi  :

            Ningsih, Yusria. 2006. Kesehatan mental. Penerbit : Sunan Ampel Surabaya.
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/11/pendekatan-kesehatan-mental/ 
http://www.scribd.com/doc/8343666/Konsep-Sehat 

   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar