MINGGU KE-1
A.
Orientasi Kesehatan Mental
Istilah Kesehatan
Mental diambil dari konsep mental hygiene, kata mental berasal dari bahasa
Yunani yang berarti Kejiwaan. Kata mental memiliki persamaan makna dengan kata
Psyhe yang berasal dari bahasa latin yang berarti psikis atau jiwa, jadi dapat
diambil kesimpulan bahwa mental hygiene berarti mental yang sehat atau
kesehatan mental. Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari keluhan
dan gangguan mental baik berupa neurosis maupun psikosis (penyesuaian diri
terhadap lingkungan sosial).
M. Jahoda seorang
pelopor gerakan kesehatan mental memberi definisi kesehatan mental yang rinci
“kesehatan mental adalah kondisi seseorang yang berkaitan dengan penyesuaian
diri yang aktif dalam menghadapi dan mengatasi masalah dengan mempertahankan
stabilitas diri, juga ketika berhadapan dengan kondisi baru, serta memiliki
penilaian nyata baik tentang kehidupan maupun keadaan diri sendiri.”
Definisi dari Jahoda
mengandung istilah-istilah yang pengertiannya perlu dipahami secara jelas yaitu
penyesuaian diri yang aktif, stabilitas diri, penilaian nyata tentang kehidupan
dan keadaan diri sendiri.
B. Konsep Sehat
Konsep sehat dan kesehatan merupakan 2 hal yang hampir
sama namun berbeda. Ada beberapa tokoh yang mendefiniskan konsep sehat, antara
lain menurut Parkins ( 1938) adalah suatu keadaan yang seimbang dan dinamis antara
bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya. Ada
pula seorang ahli yang bernama White (1977) berpendapat bahwa sehat adalah
suatu keadaan dimana seseorang pada waktu di periksa tidak mempunyai keluhan
ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit atau kelainan.
Ø Konsep sehat berdasarkan beberapa dimensi yaitu
sebagai berikut :
1. Dimensi
Emosi
Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang
untuk mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan
sebagainya. Dan sehat emosional adalah seseorang yang dapat menjaga atau
mengontrol amarahnya ketika dia sedang kesal.
2. Dimensi
Intelektual
Dikatakan sehat secara intelektual yaitu jika
seseorang memiliki kecerdasan dalam kategori yang baik mampu melihat realitas.
Memilki nalar yang baik dalam memecahkan masalah atau mengambil keputusan.
3. Dimensi Sosial
Sehat yang dimana orang tersebut memiliki jiwa social
yang baik. Dapat Nampak baik apabila seseorang mampu berhubungan dengan
orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, atau kepercayan, status
sosial, politik, dan sebagainya, serta saling toleran
dan menghargai.
4. Dimensi Fisik
Sehat secara fisik yaitu sehat yang orang tersebut
tidak mengalami cacat atau sebagainya. Terwujud apabila sesorang tidak
merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif
tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami
gangguan.
5. Dimesi Mental
Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni
yang pertama yaitu pikiran sehat
tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran, yang kedua emosional sehat tercermin dari
kemampuan seseorang untuk
mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih, dan yang
ketiga sehat spiritual adalah
keadaan dimana seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan agama yang
dianutnya.
6. Dimensi
Spiritual
Sehat yang sangat penting juga sehat tidaklah hanya
jasmani, sehat dalam rohani pun juga sangat penting. Spiritual sehat
terlihat dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian,
kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini yakni Tuhan
Yang Maha Kuasa. Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan
seseorang.
C. Sejarah Perkembangan
Kesehatan Mental
Pada zaman dahulu kebanyakan orang menduga bahwa
penyebab penyakit mental berasal dari syaitan-syaitan atau roh-roh jahat, oleh
karena itu penderita penyakit mental ini biasanya di masukkan ke dalam penjara
yang menutup akses dari dunia luar. Namun, berganti zaman lambat laun banyak
usaha-usaha kemanusiaan dalam mengadakan perbaikan untuk kesembuhan para
penderita penyakit mental tersebut. Sebut saja seorang ahli yaitu Phillipe
Pinel dari Prancis dan William Tuke dari inggris. Masa-masa Phillipe Pinel dan
William Tuke ini di kenal dengan masa pra Ilmiah karena hanya usaha dan terjun
langsung menanggani para penderita mental tanpa menguasai teori-teori tentang
masalah tersebut.
Masa selanjutnya yaitu masa Ilmiah, yang berarti
berbeda dengan masa sebelumnya, justru pada masa ini tidak hanya terjun
langsung saja melainkan menggunakan teori-teori mengenai kesehatan mental. Masa
ini berkembang seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan alam di Eropa.
Dorothea Dix merupakan seorang pionir wanita dalam usaha-usaha kemanusiaan
berasal dari Amerika. Ia berusaha menyembuhkan dan memelihara para penderita
penyakit mental dan orang-orang gila. Sangat banyak jasanya dalam memperluas
dan memperbaiki kondisi dari 32 rumah sakit jiwa di seluruh negara Amerika
bahkan sampai ke Eropa. Atas jasa-jasa besarnya inilah Dix dapat disebut
sebagai tokoh besar pada abad ke-19.
Tokoh lain yang banyak pula memberikan jasanya pada
ranah kesehatan mental adalah Clifford Whittingham Beers (1876-1943). Beers
pernah sakit mental dan dirawat selama dua tahun dalam beberapa rumah sakit
jiwa. Ia mengalami sendiri betapa kejam dan kerasnya perlakuan serta cara
penyembuhan atau pengobatan dalam asylum-asylum tersebut. Sering ia didera
dengan pukulan-pukulan dan jotosan-jotosan, dan menerima hinaan-hinaan yang
menyakitkan hati dari perawat-perawat yang kejam. Dan banyak lagi
perlakuan-perlakuan kejam yang tidak berperi kemanusiaan dialaminya dalam rumah
sakit jiwa tersebut.
Setelah dirawat selama dua tahun, beruntung Beers bisa
sembuh.
Di dalam bukunya ”A Mind That Found Itself”, Beers tidak hanya melontarkan tuduhan-tuduhan terhadap tindakan-tindakan kejam dan tidak berperi kemanusiaan dalam asylum-asylum tadi, tapi juga menyarankan program-program perbaikan yang definitif pada cara pemeliharaan dan cara penyembuhannya. Pengalaman pribadinya itu meyakinkan Beers bahwa penyakit mental itu dapat dicegah dan pada banyak peristiwa dapat disembuhkan pula. Oleh keyakinan ini ia kemudian menyusun satu program nasional, yang berisikan:
Di dalam bukunya ”A Mind That Found Itself”, Beers tidak hanya melontarkan tuduhan-tuduhan terhadap tindakan-tindakan kejam dan tidak berperi kemanusiaan dalam asylum-asylum tadi, tapi juga menyarankan program-program perbaikan yang definitif pada cara pemeliharaan dan cara penyembuhannya. Pengalaman pribadinya itu meyakinkan Beers bahwa penyakit mental itu dapat dicegah dan pada banyak peristiwa dapat disembuhkan pula. Oleh keyakinan ini ia kemudian menyusun satu program nasional, yang berisikan:
1. Perbaikan
dalam metode pemeliharaan dan penyembuhan para penderita mental.
2. Kampanye
memberikan informasi-informasi agar orang mau bersikap lebih inteligen dan
lebih human atau berperikemanusiaan terhadap para penderita penyakit emosi dan
mental.
3. Memperbanyak
riset untuk menyelidiki sebab-musabab timbulnya penyakit mental dan
mengembangkan terapi penyembuhannya.
4. Memperbesar
usaha-usaha edukatif dan penerangan guna mencegah Memperbesar usaha-usaha edukatif
dan penerangan guna mencegah timbulnya penyakit mental dan gangguan-gangguan
emosi.
William James dan Adolf Meyer, para psikolog besar,
sangat terkesan oleh uraian Beers tersebut. Maka akhirnya Adolf Meyer-lah yang
menyarankan agar ”Mental Hygiene” dipopulerkan sebagai satu gerakan kemanusiaan
yang baru. Dan pada tahun 1908 terbentuklah organisasi Connectitude Society for
Mental Hygiene. Lalu pada tahun 1909 berdirilah The National Committee for
Mental Hygiene, dimana Beers sendiri duduk di dalamnya hingga akhir hayatnya.
D. Pendekatan Kesehatan
Mental
1. Orientasi
Klasik
Hilangnya gejala gangguan mental, penyembuhan konflik
trauma masa lalu. Terhindarnya individu dari gejala gangguan jiwa (neurosis)
dan gejala penyakit jiwa ( psikosis), berupa simptom-simptom negatif yang
menimbulkan rasa tidak sehat, dan bisa mengganggu efisiensi yang biasanya tidak
bisa dikuasai individu.
2. Penyesuaian
Diri
Kemampuan menyesuaikan diri dengan tuntutan diri
sendiri & norma sosial serta belajar respon adaptif. Penyesuaian diri
menurut tokoh (Menninger 1947) yaitu,
perubahan dalam diri yang diperlukan untuk mengadakan hubungan yang memuaskan
dengan orang lain atau lingkungan. Individu bermasalah, apabila tidak mampu
menyesuaikan diri terhadap tuntutan dari luar dirinya, dengan kondisi baru
serta dalam mengisi peran yang baru.
·
Normal dalam Orientasi ini :
a) Normal secara statistik : apa adanya.
b) Normal secara normatif : individu bertingkah laku
sesuai budaya setempat.
3. Pengembangan
Potensi
Tokoh tokoh seperti Maslow, Allport, Rogers,
Fromm mendefinisikan pengetahuan dan
perbuatan yang tujuannya untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi
dan bakat yang ada semaksimal mungkin sehingga membawa pada kebahagiaan diri
dan orang lain serta terhindar dari gangguan penyakit jiwa.
·
Kriteria mental sehat dalam orientasi ini :
a. Punya pedoman
normatif pribadi (bisa memilih apa yang baik dan menolak yang buruk)
b. Menunjukan
otonomi independen , mawas diri dalam mencari nilai-nilai pedoman.
Referensi :
Ningsih, Yusria.
2006. Kesehatan mental. Penerbit : Sunan Ampel Surabaya.
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/11/pendekatan-kesehatan-mental/
http://www.scribd.com/doc/8343666/Konsep-Sehat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar