Gunadarma University

Minggu, 26 April 2015

HUBUNGAN INTERPERSONAL



MINGGU KE-9
HUBUNGAN INTERPERSONAL

A.    Model-model hubungan interpersonal

1.            Model pertukaran sosial
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Thibault dan Kelley, dua orang pemuka uatama dari model ini, menyimpulkan model pertukaran sosial sebagai berikut, “asumsim dasar yang mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya. “ Ganjaran, biaya, laba, dan tingkat perbandingan merupakan empat konsep pokok dalam teori ini. Ganjaran adalah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu hubungan. Ganjaran berupa uang, penerimaan sosial, atau dukungan terhadap nilai yang dipegangnya.

2. Model Analisis Transaksional
Analisis Transaksional (AT) adalah salah satu pendekatan Psychotherapy yang menekankan pada hubungan interaksional. AT dapat dipergunakan untuk terapi individual, tetapi terutama untuk pendekatan kelompok. Pendekatan ini menekankan pada aspek perjanjian dan keputusan. Melalui perjanjian ini tujuan dan arah proses terapi dikembangkan sendiri oleh klien, juga dalam proses terapi ini menekankan pentingnya keputusan-keputusan yang diambil oleh klien. Maka proses terapi mengutamakan kemampuan klien untuk membuat keputusan sendiri, dan keputusan baru, guna kemajuan hidupnya sendiri.

B.     Memulai Hubungan
·         Pembentukan Kesan dan Ketertarikan Interpersonal dalam Memulai Hubungan

1.     pembentukan kesan
Menurut sears dkk (1992) individu cenderung membentuk kesan panjang lebar atas orang lain berdasarkan informasi yang terbatas.
Kesan pertama. Menurut sears dkk (1992) aspek pertama yang paling penting dan kuat adalah evaluasi. Secara formal dimensi evaluatif merupakan dimensi terpenting diantara sejumlah dimensi dasar yang mengorganisasikan kesan gabungan tentang orang lain.
Kesan Menyeluruh. Untuk menjelaskan bagaimana orang mengevaluasi terhadap orang orang lain, dapat dilakukan dari “kesan yang diterima secara keseluruhan”. Sears dkk. (1992) membagi kesan menyeluruh menjadi dua, yaitu model penyamarataan dan model menambahkan.

Konsistensi. Individu cenderung membentuk karakteristik yang konsisten secara evaluatif terhadap individu lainnya, meski hanya memiliki sedikit informasi. Kita cenderung memandang orang lain secara konsisten dari kedalamannya.

2.            Ketertarikan Interpersonal
    Ø  Prinsip Dasar Daya Tarik  Interpersonal
·         1. Penguatan
Kita menyukai orang lain dengan cara member ganjaran sebagai penguatan dari tindakan atau sikap kita. Salah satu tipe ganjaran yang penting adalah persetujuan sosial, dan banyak penelitian memperlihatkan bahwa kita cenderung menyukai orang lain yang cenderung menilai kita secara positif (Sears, 1992).
·         2. Pertukaran sosial
Pandangan ini menyatakan bahwa rasa suka kita kepada orang lain didasarkan pada penilaian kita terhadap kerugian dan keuntungan yang diberikan seseorang kepada kita. Teori ini menekankan bahwa kita membuat penilaian komparatif, menilai keuntungan yang kita peroleh dari seseorang dibandingkan dengan keuntungan yang kita peroleh dari orang lain (Sears dkk., 1992).
·         3. Asosiasi
Kita menjadi suka kepada orang yang diasosiasikan (dihubungkan) dengan pengalaman yang baik/bagus dan tidak suka kepada orang yang diasosiasikan dengan pengalaman buruk/jelek (Clore & Byrne dalam Sears dkk., 1992).

C.    Hubungan Peran
      Ø  Model Peran konflik, adequacy peran, dan Autentisitas dalam hubungan peran
1.      Model Peran Konflik
terjadi ketika peran yang kompleks dari seorang individu mengalami ketidakseimbangan saat berusaha menjalankannya, individu tersebut akan mengalami confuse / kebingungan peran yang hendak dia jalankan ternyata tidak sesuai dengan jati diri dia yang sesungguhnya.

            2. Adequacy Peran
Kecukupan perilaku yang diharapkan kepada seseorang sesuai dengan posisi sosial dia, baik secara formal maupun non formal.

3. Autentisitas dalam hubungan peran
Keaslian atau kebenaran dari pribadi seseorang yang sesungguhnya. Kadang kala kita sering tertipu dengan kesan pertama yang di berikan orang lain, setelah kita menggali lebih dalam terhadap kepribadian orang yang ingin kita gali, di dapatkan sifat dan kepribadian yang sesunggunya berbeda dengan kesan pertama yang dia tampilkan kepada kita.



D.    Intimasi dan Hubungan Pribadi
Intimasi dapat dilakukan terhadap teman atau kekasih. Intimasi (elemen emosional : keakraban, keinginan untuk mendekat, memahami kehangatan, menghargai, kepercayaan). Intimasi mengandung pengertian sebagai elemen afeksi yang mendorong individu untuk selalu melakukan kedekatan emosional dengan orang yang dicintainya. Dorongan ini menyebabkan individu bergaul lebih akrab, hangat, menghargai, menghormati, dan mempercayai pasangan yang dicintai, dibandingkan dengan orang yang tidak dicintai. Mengapa seseorang merasa intim dengan orang yang dicintai? Hal ini karena masing-masing individu merasa saling membutuhkan dan melengkapi antara satu dan yang lain dalam segala hal. Masing-masing merasa tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan dan kehadiran pasangan hidup sisinya.


E.     Intimasi dan Pertumbuhan
Sullivan (Prager, 1995) mendefinisikan intimasi sebagai bentuk tingkah laku penyesuaian seseorang untuk mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap orang lain.  Kemudian, Steinberg (1993) berpendapat bahwa suatu hubungan intim adalah sebuah ikatan emosional antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama lain, keinginan untuk memperlihatkan pribadi masing-masing yang terkadang lebih bersifat sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama. 
Faktor-faktor yang menumbuhkan hubungan interpersonal :
1.      berhubungan dengan orang lain tanpa menilai dan tanpa berusaha mengendalikan.
2.      menumbuhkan sikap percaya pada diri orang lain .
3.      Kejujuran,  yang menumbuhkan sikap percaya
sikap yang mengurangi sikap defensive dalam komunikasi.amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif.

Referensi :
Semium, yustinus.2006.kesehatan mental 1.kanisius:Jakarta











Minggu, 19 April 2015

STRESS



MINGGU KE-8
STRESS

A.    ARTI PENTING STRESS

Arti stress menurut Hans Selye, bahwa stress adalah respon tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya. Jadi, ketika tubuh kita menerima berbagai tuntutan dan beban yang tidak sanggup diterima, maka tubuh kita akan merespon dengan menimbulkan stress yang tidak terjadi spesifik pada salah satu anggota tubuh atau suatu bagian.

·         Efek-efek stres

Menurut Hans, efek dari stress tidak selamanya bersifat merugikan, namun ada stress yang menguntungkan. Artinya, ada stress yang memberikan efek negative dan adapula stress yang memberikan efek positif. Menurut Hans, efek dari stress ada yang disebut dengan Local Adaptation Stress dan General Adaptation Stress. Local adaptation stress adalah respon yang dihasilkan tubuh pada satu tempat. Respon atau efek ini bersifat adaptif sehingga diperlukan stresor untuk menstimulasinya, respon bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus, dan respon bersifat restorative. Sedangkan general adaptation stress adalah ketika organisme berhadapan dengan stressor, dia akan mendorong dirinya sendiri untuk melakukan tindakan. Usaha ini diatur oleh kelenjar adrenal yang menaikkan aktivitas sistem syaraf simpatetik. Reaksi fisiologis tubuh terhadap perubahan-perubahan akibat stress itulah yang disebut sebagai General Adaption Syndrome.

·         Faktor penyebab stress

1.      Faktor sosial.

Selain peristiwa penting, ternyata tugas rutin sehari-hari juga berpengaruh terhadap kesehatan jiwa, seperti kecemasan dan depresi. Dukungan sosial turut mempengaruhi reaksi seseorang dalam menghadapi stres. Dukungan sosial mencakup:

A.    Dukungan emosional, seperti rasa dikasihi
B.     Dukungan nyata, seperti bantuan atau jasa
C.     Dukungan informasi, misalnya nasehat dan keterangan mengenai masalah tertentu.

2.      Faktor Individual

Tatkala seseorang menjumpai stresor dalam lingkungannya, ada dua karakteristik pada stresor tersebut yang akan mempengaruhi reaksinya terhadap stresor itu yaitu: Berapa lamanya (duration) ia harus menghadapi stresor itu dan berapa terduganya stresor itu (predictability).


B.     TIPE-TIPE STRESS PSIKOLOGIS

1.      Tekanan

Kita dapat mengalami tekanan dari dalam maupun luar diri, atau keduanya. Ambisi personal bersumber dari dalam, tetapi kadang dikuatkan oleh harapan-harapan dari pihak di luar diri.

2.      Konflik.

Konflik terjadi ketika kita berada di bawah tekanan untuk berespon simultan terhadap dua atau lebih kekuatan-kekuatan yang berlawanan.

-Konflik menjauh-menjauh
à individu terjerat pada dua pilihan yang sama-sama tidak disukai. Misalnya seorang pelajar yang sangat malas belajar, tetapi juga enggan mendapat nilai buruk, apalagi sampai tidak naik kelas.

- Konflik mendekat-mendekat
à Individu terjerat pada dua pilihan yang sama-sama diinginkannya. Misalnya, ada suatu acara seminar sangat menarik untuk diikuti, tetapi pada saat sama juga ada film sangat menarik untuk ditonton.

- Konflik mendekat-menjauh
à Terjadi ketika individu terjerat dalam situasi di mana ia tertarik sekaligus ingin menghindar dari situasi tertentu. Ini adalah bentuk konflik yang paling sering dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, sekaligus lebih sulit diselesaikan. Misalnya ketika pasangan berpikir tentang apakah akan segera memiliki anak atau tidak. Memiliki anak sangat diinginkan karena pasangan dapat belajar menjadi orang dewasa yang sungguh-sungguh bertanggungjawab atas makhluk kecil yang sepenuhnya tak berdaya. Di sisi lain, ada tuntutan finansial, waktu, kemungkinan kehadiran anak akan mengganggu relasi suami-istri, dan lain sebagainya.

3.      Frustasi

Frustrasi terjadi ketika motif atau tujuan kita mengalami hambatan dalam pencapaiannya. Bila kita telah berjuang keras dan gagal, kita mengalami frustrasi.
Bila kita dalam keadaan terdesak dan terburu-buru, kemudian terhambat untuk melakukan sesuatu (misal jalanan macet) kita juga dapat merasa frustrasi.
Bila kita sangat memerlukan sesuatu (misalnya lapar dan butuh makanan), dan sesuatu itu tidak dapat diperoleh, kita juga mengalami frustrasi.

C.    SYMPTOM-REDUCING RESPONSES TERHADAP STRESS

Menurut Lazarus (dalam Santrock, 2003 : 566) penanganan stres atau coping terdiri dari dua bentuk, yaitu :

1. Coping yang berfokus pada masalah (problem-focused coping) adalah istilah Lazarus untuk strategi kognitif untuk penanganan stres atau coping yang digunakan oleh individu yang menghadapi masalahnya dan berusaha menyelesaikannya.

2. Coping yang berfokus pada emosi (problem-focused coping)adalah istilah Lazarus untuk strategi penanganan stres dimana individu memberikan respon terhadap situasi stres dengan cara emosional, terutama dengan menggunakan penilaian defensif

D.    PENDEKATAN “PROBLEM SOLVING” TERHADAP STRESS

Kita mengatasi rasa stress itu dengan cara kita mencari penyebab stress itu sendiri (stressor) setelah kita tau penyebabnya kita harusbisa memilih mana jalan keluar terbaik untuk masalah kita,kalo perlu meminta bantuan orang lain. Misalnya kita baru mengalami putus cinta,lalu kita merasakan stress dan kita pun tau kalau untuk melanjutkan hubungan tersebut tidak mungkin lagi,nah darisitu kita bisa mengambil keputusan kalau memang orang itu bukan yang terbaik untuk kita,apa salahnya kita mencoba dengan orang baru dalam kehidupan kita. Atau tidak kita cerita kepada semua teman-teman kita yang bisa di percaya mungkin itu bisa sedikit menenangkan hati kita dan mengurangi rasa stress kita.

Referensi :
http://selir-impian.blogspot.com/2012/04/stress.html

Semium, yustinus.2006.kesehatan mental 1.kanisius:Jakarta

Sabtu, 11 April 2015

PENYESUAIAN DIRI DAN PERTUMBUHAN



MINGGU-7
PENYESUAIAN DIRI DAN PERTUMBUHAN

·         PENYESUAIAN DIRI

Definisi berdasarkan definisi penyesuaian diri dari Lazarus (1976), Haber & Runyon (1984), Atwater (1983), Powell (1983), Martin & Osborne (1989), dan Hollander (1981) menjadi suatu proses perubahan dalam diri dan lingkungan, dimana individu harus dapat mempelajari tindakan atau sikap baru untuk hidup dan menghadapi keadaan tersebut sehingga tercapai kepuasan dalam diri, hubungan dengan orang lain dan lingkungan sekitar.

Menurut Kartono (2000), penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan pada lingkungannya. Sehingga permusuhan, kemarahan, depresi, dan emosi negatif lain sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan kurang efisien bisa dikikis. Hariyadi, dkk (2003) menyatakan penyesuaian diri adalah kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan atau dapat pula mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan atau keinginan diri sendiri.

Jadi, dapat di simpulkan bahwa penyesuaian diri adalah proses mengubah diri sesuai dengan norma atau tuntutan lingkungan dimana dia hidup agar dapat berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustasi dan konflik sehingga tercapainya keharmonisan pada diri sendiri serta lingkungannya dan akhirnya dapat diterima oleh kelompok dan lingkungannya.

Pada dasarnya penyesuaian diri memiliki dua aspek yaitu:
1. Penyesuaian pribadi
2. Penyesuaian sosial

Pada dasarnya penyesuaian diri melibatkan individu dengan lingkungannya, pada penulisan ini beberapa lingkungan yang dianggap dapat menciptakan penyesuaian diri yang cukup sehat bagi remaja, diantaranya adalah sebagai berikut:
A. Lingkungan Keluarga
B. Lingkungan Teman Sebaya
C. Lingkungan Sekolah

·         PERTUMBUHAN PERSONAL
Manusia merupakan mahluk individu. Manusia di sebut mahluk individu apabila tingkah lakunya spesifik atau menggambarkan dirinya sendiri dan bukan bertingkah laku secara umum atau seperti orang lain.


Variasi dalam Pertumbuhan

Dalam variasi pertumbuhan memang sangat beragam. Tidak semua individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri berdasarkan tingkatan usia, pertumbuhan fisik, maupun sosial nya. Mengapa? karena terkadang terdapat rintangan-rintangan yang menyebabkan ketidakberhasilan individu dalam melakukan penyesuaian, baik rintangan itu dari dalam diri atau dari luar diri.

Kondisi-Kondisi untuk Bertumbuh

Kondisi jasmani  seperti pembawa atau konstitusi fisik dan tempramen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembangannya secara intrinsik berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi tubuh, kondisi jasmani dan kondisi pertumbuhan fisik memang sangat mempengaruhi bagaimana individu dapat menyesuaikan diri nya.

Carl Rogers (1961) menyebutkan 3 aspek yang memfasilitasi pertumbuhan personal dalam suatu hubungan: 
1. Keikhlasan kemampuan untuk menyadari perasaan sendiri, atau menyadari kenyataan.
2. Menghormati keterpisahan dari orang lain tanpa kecuali
3. Keinginan yang terus menerus untuk memahami atau berempati terhadap orang lain.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan individu, yaitu:
1. Faktor Biologis
2. Faktor Geografis
3. Faktor Kebudayaan Khusus

Referensi :
Semium, yustinus.2006.kesehatan mental 1.kanisius:Jakarta