Gunadarma University

Sabtu, 02 Mei 2015

CINTA DAN PERKAWINAN



MINGGU KE-10
CINTA DAN PERKAWINAN

      A.    Memilih Pasangan
   
·         Kriteria Memilih Calon Suami

1    1.      Islam.
Ini adalah kriteria yang sangat penting bagi seorang Muslimah dalam memilih calon suami sebab dengan Islamlah satu-satunya jalan yang menjadikan kita selamat dunia dan akhirat kelak.
 
2    2.      Berilmu dan baik akhlaknya.
Masa depan kehidupan suami-istri erat kaitannya dengan memilih suami, maka Islam memberi anjuran agar memilih akhlak yang baik, shalih, dan taat beragama. Laki-laki yang memilki keistimewaan adalah laki-laki yang mempunyai ketakwaan dan keshalihan akhlak.

·         Kriteria Memilih Calon Istri

1     1. Beragama islam (muslimah). 
Ini adalah syarat yang utama dan pertama.
2   2.  Memiliki akhlak yang baik. 
Wanita yang berakhlak baik insya Allah akan mampu menjadi ibu dan istri yang baik.
3   3. Memiliki dasar pendidikan islam yang  baik.
Wanita yang memiliki dasar pendidikan Islam yang baik akan selalu berusaha untuk menjadi wanita sholihah yang akan selalu dijaga oleh Allah SWT. Wanita sholihah adalah sebaik-baik perhiasan dunia.
4   4. Memiliki sifat penyayang
Wanita yang penuh rasa cinta akan memiliki banyak sifat kebaikan.
5   5. Sehat secara fisik. 
Wanita yang sehat akan mampu memikul beban rumah tangga dan menjalankan kewajiban sebagai istri dan ibu yang baik.
6  6. Dianjurkan memiliki kemampuan melahirkan anak. 
Anak adalah generasi penerus yang penting bagi masa depan umat. Oleh karena itulah, Rasulullah SAW menganjurkan agar memilih wanita yang mampu melahirkan banyak anak.
7  7.  Sebaiknya memilih calon istri yang masih gadis terutama bagi pemuda yang belum pernah menikah. 
Hal ini dimaksudkan untuk memelihara keluarga yang baru terbentuk dari permasalahan lain.



      B.      Hubungan dalam Perkawinan

Dalam hubungan pernikahan anda harus membangun hubungan yang kuat antar keluarga, dan terutama oleh pasangan kita. Tetapi dalam suatu hubungan pasti terdapat masalah di dalamnya. Contohnya seperti, ekonomi keluarga yang tidak mencukupi, kejenihan terhadap pasangan atau rutinitas, menurunnya perhatian, kesalah pahaman, ketidak puasan dalam seks, perbedaan watak, perbedaan pendapat, dan masih banyak lainnya.

     C.     Penyesuaian dan Pertumbuhan dalam Perkawinan

Proses adaptasi antara suami dan istri, dimana suami dan istri tersebut dapat mencegah terjadinya konflik dan menyelesaikan konflik dengan baik melalui proses penyesuaian diri. Lasswel & Lasswel (1987), mengatakatan bahwa penyesuaian pernikahan adalah dua individu yang belajar untuk mengakomodasi kebutuhan, keinginan, dan harapan masing-masing, ini berarti mencapai suatu derajat kebahagiaan dalam hubungan. Penyesuaian pernikahan bukan suatu keadaan absolut melainkan suatu proses yang panjang karena setiap orang dapat berubah sehingga setiap waktu masing-masing pasangan harus melakukan penyesuaian pernikahan.
Penyesuaian pernikahan juga merupakan suatu proses penyesuaian perkawinan Hurlock (2000), mendefinisikan penyesuaian pernikahan sebagai memodifikasi, mengadaptasi dan mengubah individu dan pola perilaku pasangan serta adanyainteraksi untuk mencapai kepuasan yang maksimum dalam pernikahan (DeGenova, 2008). Atwater (1990), juga menambahkan bahwa penyesuaian pernikahan merupakan perubahan dan penyesuaian dalam kehidupan pernikahan yang meliputi beberapa aspek dalam kehidupan pernikahan, seperti penyesuaian terhadap hidup bersama, penyesuaian peran baru, penyesuaian terhadap komunikasi dan penyelesaian konflik, serta penyesuaian terhadap hubungan seksual dalam pernikahan dan penyesuaian terhadap kewarganegaraan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penyesuaian pernikahan adalah suatu proses dimana dua orang yang memasuki tahap pernikahan dan mulai membiasakan diri dengan situasi baru sebagai suami istri yang saling menyesuaikan dengan kepribadian, lingkungan, kehidupan keluarga, dan saling mengakomodasikan kebutuhan, keinginan dan harapan, serta saling menyesuaikan diri di beberapa aspek pernikahan untuk mencapai kepuasan maksimum dalam pernikahan.

  
      D.    Perceraian dan Pernikahan Kembali

Perceraian merupakan terputusnya hubungan suami istri yang disebankan oleh kegagalan suami atau istri yang menjalankan perannya masing-msing. Tetapi tidak sedikit orang yang bercerai lalu menikah kembali. Setelah bercerai menjadi keputusan yang berat atau tidak mudah tentunya, seseorang akan mencoba untuk menghindari atau tidak mengulangi kesalahan yang terjadi dalam perkawinan sebelumnya dan tetapi terkadang seseorang tidak yakin untuk memperbaiki masalah yang di dalamnya sukses dalam pernikahan baru. Perlulah menghindari tentang beberapa hal tertentu kegagalan masa lalu jangan membuat mengecilkan hati anda jadikanlah perceraian menjadi pengalaman dan lebih tinggalkan masa lalu dan jalankan untuk masa depan yang baik.

    E.     Menjelaskan Alternative Selain Pernikahan

Persepsi masyarakat terhadap orang yang melajang, seiring dengan perkembangan jaman, juga berubah. Seringkali kita melihat seorang yang masih hidup melajang, mempunyai wajah dan penampilan di atas rata-rata dan supel. Baik pelajang pria maupun wanita, mereka pun pandai bergaul, memiliki posisi pekerjaan yang cukup menjanjikan, tingkat pendidikan yang baik. Alasan yang paling sering dikemukakan oleh seorang single adalah tidak ingin kebebasannya dikekang. Apalagi jika mereka telah sekian lama menikmati kebebasan bagaikan burung yang terbang bebas di angkasa. Jika hendak pergi, tidak perlu meminta ijin dan menganggap pernikahan akan membelenggu kebebasan. Belum lagi jika mendapatkan pasangan yang sangat posesif dan cemburu. Banyak perusahaan lebih memilih karyawan yang masih berstatus lajang untuk mengisi posisi tertentu. Pertimbangannya, para pelajang lebih dapat berkonsentrasi terhadap pekerjaan. Hal ini juga menjadi alasan seorang tetap hidup melajang.
Banyak pria menempatkan pernikahan pada prioritas kesekian, sedangkan karir lebih mendapat prioritas utama. Dengan hidup melayang, mereka bisa lebih konsentrasi dan fokus pada pekerjaan, sehingga promosi dan kenaikan jabatan lebih mudah diperoleh. Biasanya, pelajang lebih bersedia untuk bekerja lembur dan tugas ke luar kota dalam jangka waktu yang lama, dibandingkan karyawan yang telah menikah. Kemapanan dan kondisi ekonomi pun menjadi alasan tetap melajang. Pria sering kali merasa kurang percaya diri jika belum memiliki kendaraan atau rumah pribadi. Sementara, perempuan lajang merasa senang jika sebelum menikah bisa hidup mandiri dan memiliki karir bagus. Mereka bangga memiliki sesuatu yang dihasilkan dari hasil keringat sendiri.
Selain itu, ada kepuasaan tersendiri. Banyak yang mengatakan seorang masih melajang karena terlalu banyak memilih atau ingin mendapat pasangan yang sempurna sehingga sulit mendapatkan jodoh. Pernikahan adalah untuk seumur hidup. Rasanya tidak mungkin menghabiskan masa hidup kita dengan seorang yang tidak kita cintai. Lebih baik terlambat menikah daripada menikah akhirnya berakhir dengan perceraian. Lajang pun lebih mempunyai waktu untuk dirinya sendiri, berpenampilan lebih baik, dan dapat melakukan kegiatan hobi tanpa ada keberatan dari pasangan. Mereka bebas untuk melakukan acara berwisata ke tempat yang disukai dengan sesama pelajang.

Referensi : 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar