MINGGU KE-10
CINTA DAN PERKAWINAN
A.
Memilih
Pasangan
·
Kriteria Memilih
Calon Suami
1 1. Islam.
Ini
adalah kriteria yang sangat penting bagi seorang Muslimah dalam memilih calon
suami sebab dengan Islamlah satu-satunya jalan yang menjadikan kita selamat
dunia dan akhirat kelak.
2 2. Berilmu
dan baik akhlaknya.
Masa
depan kehidupan suami-istri erat kaitannya dengan memilih suami, maka Islam
memberi anjuran agar memilih akhlak yang baik, shalih, dan taat
beragama. Laki-laki yang memilki keistimewaan adalah laki-laki yang
mempunyai ketakwaan dan keshalihan akhlak.
·
Kriteria Memilih
Calon Istri
1 1. Beragama
islam (muslimah).
Ini adalah syarat yang utama dan pertama.
2 2. Memiliki
akhlak yang baik.
Wanita
yang berakhlak baik insya Allah akan mampu menjadi ibu dan istri yang baik.
3 3. Memiliki
dasar pendidikan islam yang baik.
Wanita
yang memiliki dasar pendidikan Islam yang baik akan selalu berusaha untuk
menjadi wanita sholihah yang akan selalu dijaga oleh Allah SWT. Wanita
sholihah adalah sebaik-baik perhiasan dunia.
4 4. Memiliki
sifat penyayang
Wanita
yang penuh rasa cinta akan memiliki banyak sifat kebaikan.
5 5. Sehat
secara fisik.
Wanita
yang sehat akan mampu memikul beban rumah tangga dan menjalankan kewajiban
sebagai istri dan ibu yang baik.
6 6. Dianjurkan
memiliki kemampuan melahirkan anak.
Anak adalah generasi penerus yang
penting bagi masa depan umat. Oleh karena itulah, Rasulullah SAW
menganjurkan agar memilih wanita yang mampu melahirkan banyak anak.
7 7. Sebaiknya
memilih calon istri yang masih gadis terutama bagi pemuda yang belum
pernah menikah.
Hal ini dimaksudkan untuk
memelihara keluarga yang baru terbentuk dari permasalahan lain.
B.
Hubungan dalam Perkawinan
Dalam hubungan
pernikahan anda harus membangun hubungan yang kuat antar keluarga, dan terutama
oleh pasangan kita. Tetapi dalam suatu hubungan pasti terdapat masalah di
dalamnya. Contohnya seperti, ekonomi keluarga yang tidak mencukupi, kejenihan
terhadap pasangan atau rutinitas, menurunnya perhatian, kesalah pahaman,
ketidak puasan dalam seks, perbedaan watak, perbedaan pendapat, dan masih
banyak lainnya.
C.
Penyesuaian dan Pertumbuhan dalam Perkawinan
Proses adaptasi antara
suami dan istri, dimana suami dan istri tersebut dapat mencegah terjadinya
konflik dan menyelesaikan konflik dengan baik melalui proses penyesuaian diri.
Lasswel & Lasswel (1987), mengatakatan bahwa penyesuaian pernikahan adalah
dua individu yang belajar untuk mengakomodasi kebutuhan, keinginan, dan harapan
masing-masing, ini berarti mencapai suatu derajat kebahagiaan dalam hubungan.
Penyesuaian pernikahan bukan suatu keadaan absolut melainkan suatu proses yang
panjang karena setiap orang dapat berubah sehingga setiap waktu masing-masing
pasangan harus melakukan penyesuaian pernikahan.
Penyesuaian pernikahan
juga merupakan suatu proses penyesuaian perkawinan Hurlock (2000),
mendefinisikan penyesuaian pernikahan sebagai memodifikasi, mengadaptasi dan
mengubah individu dan pola perilaku pasangan serta adanyainteraksi untuk
mencapai kepuasan yang maksimum dalam pernikahan (DeGenova, 2008). Atwater
(1990), juga menambahkan bahwa penyesuaian pernikahan merupakan perubahan dan
penyesuaian dalam kehidupan pernikahan yang meliputi beberapa aspek dalam
kehidupan pernikahan, seperti penyesuaian terhadap hidup bersama, penyesuaian
peran baru, penyesuaian terhadap komunikasi dan penyelesaian konflik, serta
penyesuaian terhadap hubungan seksual dalam pernikahan dan penyesuaian terhadap
kewarganegaraan.
Dari uraian diatas
dapat disimpulkan bahwa penyesuaian pernikahan adalah suatu proses dimana dua
orang yang memasuki tahap pernikahan dan mulai membiasakan diri dengan situasi
baru sebagai suami istri yang saling menyesuaikan dengan kepribadian,
lingkungan, kehidupan keluarga, dan saling mengakomodasikan kebutuhan,
keinginan dan harapan, serta saling menyesuaikan diri di beberapa aspek
pernikahan untuk mencapai kepuasan maksimum dalam pernikahan.
D.
Perceraian
dan Pernikahan Kembali
Perceraian merupakan
terputusnya hubungan suami istri yang disebankan oleh kegagalan suami atau
istri yang menjalankan perannya masing-msing. Tetapi tidak sedikit orang yang
bercerai lalu menikah kembali. Setelah bercerai menjadi keputusan yang berat
atau tidak mudah tentunya, seseorang akan mencoba untuk menghindari atau tidak
mengulangi kesalahan yang terjadi dalam perkawinan sebelumnya dan tetapi
terkadang seseorang tidak yakin untuk memperbaiki masalah yang di dalamnya
sukses dalam pernikahan baru. Perlulah menghindari tentang beberapa hal
tertentu kegagalan masa lalu jangan membuat mengecilkan hati anda jadikanlah perceraian
menjadi pengalaman dan lebih tinggalkan masa lalu dan jalankan untuk masa depan
yang baik.
E.
Menjelaskan
Alternative Selain Pernikahan
Persepsi masyarakat
terhadap orang yang melajang, seiring dengan perkembangan jaman, juga berubah.
Seringkali kita melihat seorang yang masih hidup melajang, mempunyai wajah dan
penampilan di atas rata-rata dan supel. Baik pelajang pria maupun wanita,
mereka pun pandai bergaul, memiliki posisi pekerjaan yang cukup menjanjikan,
tingkat pendidikan yang baik. Alasan yang paling sering dikemukakan oleh
seorang single adalah tidak ingin kebebasannya dikekang. Apalagi jika
mereka telah sekian lama menikmati kebebasan bagaikan burung yang terbang bebas
di angkasa. Jika hendak pergi, tidak perlu meminta ijin dan menganggap pernikahan
akan membelenggu kebebasan. Belum lagi jika mendapatkan pasangan yang sangat
posesif dan cemburu. Banyak perusahaan lebih memilih karyawan yang masih
berstatus lajang untuk mengisi posisi tertentu. Pertimbangannya, para pelajang
lebih dapat berkonsentrasi terhadap pekerjaan. Hal ini juga menjadi alasan
seorang tetap hidup melajang.
Banyak pria menempatkan
pernikahan pada prioritas kesekian, sedangkan karir lebih mendapat prioritas
utama. Dengan hidup melayang, mereka bisa lebih konsentrasi dan fokus pada
pekerjaan, sehingga promosi dan kenaikan jabatan lebih mudah diperoleh.
Biasanya, pelajang lebih bersedia untuk bekerja lembur dan tugas ke luar kota
dalam jangka waktu yang lama, dibandingkan karyawan yang telah menikah.
Kemapanan dan kondisi ekonomi pun menjadi alasan tetap melajang. Pria sering
kali merasa kurang percaya diri jika belum memiliki kendaraan atau rumah
pribadi. Sementara, perempuan lajang merasa senang jika sebelum menikah bisa
hidup mandiri dan memiliki karir bagus. Mereka bangga memiliki sesuatu yang
dihasilkan dari hasil keringat sendiri.
Selain itu, ada
kepuasaan tersendiri. Banyak yang mengatakan seorang masih melajang karena
terlalu banyak memilih atau ingin mendapat pasangan yang sempurna sehingga
sulit mendapatkan jodoh. Pernikahan adalah untuk seumur hidup. Rasanya tidak
mungkin menghabiskan masa hidup kita dengan seorang yang tidak kita cintai.
Lebih baik terlambat menikah daripada menikah akhirnya berakhir dengan
perceraian. Lajang pun lebih mempunyai waktu untuk dirinya sendiri,
berpenampilan lebih baik, dan dapat melakukan kegiatan hobi tanpa ada keberatan
dari pasangan. Mereka bebas untuk melakukan acara berwisata ke tempat yang
disukai dengan sesama pelajang.
Referensi
: